Kamis, 25 Oktober 2012

KHUTBAH HARI RAYA IDUL ADHA 1433 H / 2012 M


KHUTBAH HARI RAYA IDUL ADHA 1433 H
REKONSTRUKSI TAUHID, SOSIAL, DAN ETOS KERJA
DARI PERISTIWA NABI IBRAHIM AS*)

الله اكبر ×٩ الله اكبر والحمد لله كثيرا وسبحا ن الله بكرةواصيلا. لااله الاالله وحده صدق وعده ونصرعبده واعزجنده وهزم الاحزاب وحده. لااله الاالله والله اكبر. الله اكبرولله الحمد. الحمد لله الذي شرع لنامواسم مباركةً. اشهد ان لااله الاالله وهده لاشريك له، واشهدان محمدا عبده ورسوله الذي لانبي بعده. اللهم صل وسلم على سيدنا محمدوعلى اله وصحبه ومن والاه. اما بعد، فيا عبا دالله أوصيكم واياي بتقوى اللهِ فقدفازالمتقون. فتزودوا فان خيرالزادالتقوى.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Saudara-saudara seiman, kaum muslimin muslimat jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah.
Mengawali khutbah ini kami mengajak, marilah kita syukuri segala nikmat Allah yang banyaknya tiada terhingga, baik nikmat iman, Islam maupun nikmat umur, sehingga sampai detik ini kita semua masih dapat menikmati hidup dan sama-sama berkumpul di tempat yang insya Allah penuh berkah ini untuk melaksanakan shalat Idul Adha. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah mencurahan seluruh hidupnya untuk menunjukkan manusia dari jalan sesat menuju jalan yang diridhai Allah Swt.
Para hadir, jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Tema pada kesempatan khutbah hari raya Idul Adha 1433 H ini adalah tentang “REKONSTRUKSI TAUHID, SOSIAL, DAN ETOS KERJA DARI PERISTIWA NABI IBRAHIM AS”.
Kaum muslimin, jamaah ‘Aidin dan ‘Aidat yang dirahmati Allah. Di pagi yang penuh rahmat ini Jum’at, 10 Dzulhijah 1433 H/ 26 Oktober 2012 M, seluruh umat Islam di seantero dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1433 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan  antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada Allah. kita semua sangat bersyukur kepada Allah Swt, bahwa atas perkenaan-Nya kita semua diberikan kesempatan untuk merayakan Hari Raya Qurban tahun ini bersama-sama. Sepantasnya kita kumandangkan Takbir, tahlil, dan Tahmid hingga empat hari ke depan nanti.
Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahl hamd,
Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah. Hari raya ‘Idul Adha ditandai dengan peristiwa kemanusian dalam sejarah kehidupan manusia yang tidak mampu dilakukan oleh siapapun, hanyalah oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, yaitu “pengorbanan” yang bermuara pada iman dan taqwa kepada Ilahi Rabbi, Allah semesta alam. Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Allah berfirman : 
 فلما بلغ معه السعي قال يا بني إني أرى في المنام أني أذبحك فانظر ماذا ترى قال يا أبت افعل ما تؤمر ستجدني إن شاء الله من الصابرين
Artinya:
“Setelah anak itu mencapai umur, Ibrahim bertanya kepadanya, “Hai anakku, kulihat dalam mimpi bahwa aku “menyembelihmu sebagai kurban, bagaimana pendapatmu”? Anaknya menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah ayah akan menemukan aku sabar menerima” [as-shaaffat:37:102].

Allahu Akabar, peristiwa “pengorbanan” adalah persitiwa besar dan berani dalam sejarah perjalanan kehidupan umat manusia. Peristiwa ini berlandaskan pada “kebenaran, keberanian, keihlasan, kejujuran yang didasari pada perilaku iman, taqwa, kesabaran dan ahlak yang unggul dan prima.
Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Saudara-saudara kaum muslimin yang dirahmati Allah. Umat muslimin diajarkan oleh Allah, agar senantiasa mengingat peristiwa-peristiwa yang besar, peristiwa-peristiwa yang bernilai tinggi yang berdimensi “iman” dan “taqwa”. Peristiwa Idul Adha adalah peringatan atas karya-karya dan peristiwa besar yang dialami Nabi Ibrahim a.s dengan segala pengorbanannya yang luar biasa beratnya. Peristiwa ini, menginspirasi dan memberikan saham besar untuk terbentuknya perjuangan da’wah, pendidikan moral, pola kaderisasi yang benar, dan gerakan amal-amal sosial. Nabi ibrahim telah melakukan dan bemberi contoh rekonstruksi tauhid, sosial dan etos kerja yang kuat. Keteladanan Nabi Ibrahim a.s, terasa sangat penting dan bermakna bagi umat manusia. Apabila memperhatikan di sekeliling kita, telah terjadi persoalan-persoalan hidup yang sebenarnya hanya kecil-kecilan dan tidak terlalu mendasar. Bahkan acapkali sangat bersifat kenak-kanakan yang didasarkan pada pemikiran yang amat kerdil. Semua pesoalan tersebut ”tidak dilandasi” pada “keimanan” dan “katqawaan”, tetapi pada ”egoisme”, ”kerakusan” dan ”nafsu kebinatangan”. Contoh: seseorang membunuh isteri karena alasan cemburu, membunuh orang tua dan anak karena alasan yang sangat sederhana, memperkosa anak, memperkosa cucu sendiri dan membunuh karena hafsu kebinatangannya, perampokan, pembunuhan dan Tawuran antar pelajar yang tidak pernah sepi. Mengedarkan narkoba karena alasan untuk ”sepiring nasi”, tetapi akibatnya mengorbankan generasi bangsa ini. Perilaku korupsi, pembobolan Bank dan sampai pada dana haji yang hanya disebabkan oleh manajemen “amanah” yang disalahgunakan dan berbagai persoalan yang kita amati dan terjadi. Persoalan-persoalan tersebut hanya “berbau nafsu” dan “kepentingan”. Semuanya telah “menenggelamkan” negeri ini dalam “lumpus keterpurukan”, “kemiskinan”, “kebobrokan” dan “dekadensi moral”, “main hakim sendiri”. Ini-lah gambaran “egoisme hidup keduniaan”, bersifat sementara dan asesosris dunia semata. Hal-hal ini, membungkam “empat pilar” kekuatan penting bagi tegaknya sebuah bangsa yang berdaulat, yakni akidah, moral, kaderisasi, dan etos kerja.
Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Saudara-saudara kaum muslimin yang dirahmati Allah. Nabi Ibrahim a.s adalah ”seorang imam” dan sekaligus teladan terbaik bagi sekalian umat manusia, sehingga dikatakan Nabi Ibrahim a.s adalah “bapak bagi manusia”. Nabi Ibrahim menegakkan empat pilar kekuatan tauhid, dimulai dari diri sendiri, keluarga dan kemudian meluas hingga kepada sekalian umatnya. Nabi Ibrahim a.s telah meruntuhkan dan menghancurkan semua berhala-berhala sebagai ujud “pembersihan aqidah-tauhid”: Firman Allah:
فجعلهم جذاذا إلا كبيرا لهم لعلهم إليه يرجعون
Artinya: “Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, keucuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali [untuk bertanya] kepadanya” [Q.S. al-Anbiaya’: 58].
Perilaku da’wah yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s, bertentangan dengan ayahandanya dan pemerintah Namrud. Ayahandanya sendiri, sebagai “seorang begawan musyrik” dan pemerintahnya adalah “pemerintah kafir”. Ibrahim a.s menerima ancaman maut dan pengusiran dari orang tuanya dan pemerintah yang telah terpojok akalnya, menggunakan dialog yang tidak rasional dan menyelesaikannya dengan ”cara-cara primitif” yaitu “cekal” dan “bunuh”. Al-Qur’an mencatat peritiwa ini:
 قالوا ابنوا له بنيانا فألقوه في الجحيم
Artinya: “Meraka berkata: “Dirikanlah bangunan untuk [membakar] Ibrahim, lalu lemparkan ia [Ibrahim a.s.] ke dalam api yang menyala-nyala itu” [Q.S. Ash-Shaffat, 37:97]
Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Saudara-saudara kaum muslim yang dirahmati Allah. Demikian tantangan esternal yang dihadapi Nabi Ibrahim. Beliau hanyalah seorang individu, sementara yang dihadapinya adalah kekuatan sosial, intimidasi pemerintah, dan sistem aqidah dan budaya masyarakat yang hancur dan terpuruk. Mungkin hal ini, juga dialami ulama-ulama, ustadz, tokoh-tokoh agama kita, dalam sejarah perjalanan da’wahnya. Tetapi belum seberat yang dialami Nabi Ibrahim a.s,. Tekad da’wahnya justru semakin besar dan membara, dengan suasana hati yang tetap dingin dan berjiwa besar untuk menegakkan kalimat “ilahi rabbi”.
Allah memberikan ujian-ujian yang tidak ringan sebagai seorang manusia yang lemah. Allah menginstruksikan untuk mengasingkan keluarganya untuk hidup sendiri di daerah yang jauh, gersang, lembah yang tandus, lembah yang tanpa penghuni dan tanpa tanda-tanda mana yang dapat dijadikan tumpuan hidup. Namun demikian iman dan kepasrahannya yang total kepada Allah, Ibrahim a.s hanya berkeinginan untuk taat dan patuh dan membangun etos kerja, dengan seraya mengadakan dan berdoa: 
 ربنا إني أسكنت من ذريتي بواد غير ذي زرع عند بيتك المحرم ربنا ليقيموا الصلاة فاجعل أفئدة من الناس تهوي إليهم وارزقهم من الثمرات لعلهم يشكرون
  “Ya Tuhan kami, sungguh telah aku tempatkan sebahagian dari keturunanku di lembah yang tanpa tanaman di dekat rumah Engkau yang dihormati. Ya Tuhan kami, [yang demikian itu] agar mereka mau mendirikan salat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dari berikanlah rezeki kepada mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” [Q.S. Ibrahim,14:37]

Allah mengujinya dengan perintah untuk menyembeli putera kesayangannya, seperti yang dikisahkan pada surat ash-Shaffaat di atas. Dan itu semua ditunaikan dengan segala totalitas dan ketulusan hatinya, serta diimbangi dengan kepasrahan dan kesabaran puteranya Ismail. Disinilah terlihat kerjasama dan kekompkan berjalan seiring sepenanggungan yang baik antara ayah dan anak dalam menegakkan perintah Allah dan mengemban visi ilahiah yang “berat dan penuh dengan pengorbanan tetapi muliah.
Dari konstrusksi ini, dapat kita lihat seorang bapak berhasil dengan cemerlang dalam mendidik anaknya untuk berpegang pada nilai-nilai [values] tauhid, ketaatan, kesabaran, dan keteguhan hati dalam menerima cobaan. Eksistensi dan wibawahnya sebaga seorang bapak dipertaruhkan dan bahkan dibuang jauh-jauh. Ibrahim a.s, mempercayakan pada pendekatan tauhid kepada Allah secara utuh dalam menjalani hidupnya dan juga dalam mendidik anaknya. Maka seperti yang diyakini dan dicontohkannya sendiri yaitu jiwa dan totalitas hidup anaknya diarahkan hanya kepada kepada satu titik senteral, yaitu mencintai Allah - agar dicintai Allah.
Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Saudara-saudara kaum muslim yang dirahmati Allah. Nabi Ibrahim a.s, sebagai bapak manusia, telah menunjukkan teladan yang baik dalam kehidupan. Ibrahim bukan tipe manusia ambisius jabatan, tapi kemudian Allah justru memberikan mandat kepemimpinan atas sekalian umat manusia. Ibrahim a.s, bukan tipe manusia rakus harta, tapi Allah justru melimpahkan kesejahteraan untuk keluarganya. Ibrahim a.s, bukan tipe manusia KKN, tetapi Allah memberikan anugerah paling muliah kepada keturunannya yang melahirkan para Rasul dan Nabi. Ibrahim a.s., bukan tipe manusia politik, tetapi Allah menganugeharinya untuk memipim umatnya. Nabi Ibrahim a.s., bukan tipe yang suka menggantungkan kepada orang lain, bahkan tidak juga kepada pemerintah dan masyarakat yang menjadi budak-budak berhalanya, tetapi justru berhasil menciptakan aset-aset moral dan material yang buahnya tidak henti-hentinya mengalir. Nabi Ibrahim a.s., memliki etos kerja yang tinggi, sehingga memiliki prestasi sempurna dari sekalian perestasi yang pernah dicapai oleh umat manusia. Nabi Ibrahim a.s., mendapat predikat “khalilullah”, “sahabat “ atau “kekasih” Allah yang dianugerahkan kepadanya. Allah mengakui keikhlasannya, perilaku ihsannya, dan ketaatannya yang tanpa reserve kepada apapun.
Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Saudara-saudara kaum muslim yang dirahmati Allah. Dari sejarah atau cerita Nabi Ibrahim a.s ini, apabila kita tarik pada kehidupan sekarang ini maka kita harus berani dan bersedia melakukan :
Pertama, terus menerus menegakkan, menjaga dan meluruskan keimanan kita kepada Allah Swt, sebagaimana firman_Nya:
يا أيها الذين آمنوا آمنوا بالله ورسوله والكتاب الذي نزل على رسوله والكتاب الذي أنزل من قبل ومن يكفر بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر فقد ضل ضلالا بعيدا
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa/4:136)

Kita harus bersedia dan berani meruntuhkan semua “berhala-berhala” yang ada pada kita yang berujud “keinginan, Kepentingan, berujud harta benda, berujud kedudukan dan kepangkatan, berujud politik, berujud kegagahan dan kecantikan, dan sebagainya agar kita tidak “sombong” dan “angkuh” terhadap semua yang ada pada kita”. Mari kita bangun dan tegakan iman, akhlak dan moral “yang anggun” hanya kepada Allah tanpa reserve kepada apapun dan kepada siapapun, sehingga kita akan menjadi kekasih Allah.

Kedua, kita harus berani dan bersedia “mengorbankan” apa yang ada pada kita yang kita sayangi, demi ketaatan dan keikhlasan kepada Allah. 
 لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون وما تنفقوا من شيء فإن الله به عليم
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran/3:92).

Ketiga, membangun dialog antara anak dan bapak secara demokratis, hal ini dapat dilakukan melalui jalur pendidikan keluarga, di sekolah dan masyarakat, sehingga model-model pendidikan tidak “kita kaku” yang melahirkan manusia yang koropsi dan brutal, tetapi pendidikan yang mampu melahirkan manusia-manusia yang beriman, manusia yang berakhlak dan bermoral yang anggun, manusia yang kreatif dan inovatif, manusia yang menghargai hak-hak manusia, manusia taat hukum dan bersedia dihukum apabila bersalah, dan manusia yang memiliki etos kerja yang tinggi untuk mewujudkan hidup yang layak.
Keempat, membangun etos kerja dengan memiliki kemampuan intelektual yang handal agar dapat memberdayakan umat. Memberdayakan pendidikannya, berbudaya, bermoral dan berakhlak yang anggun, berpolik dengan landasan iman dan akhlak yang anggun, bekerja dan beprelikau yang jujur dalam kehidupan masyarakat. Mari kita berjuang dengan meniru perilaku Nabi Ibrahim a.s, sebagai teladan bagi perjuangan dan kejayaan kita di masa datang.
Kelima, disetiap saat di dalam hidupmu hendaklah engkau siap sedia memperjuangkan kemerdekaan. Tidaklah berarti engkau harus menjadi penguasa atau memperoleh kekuasaan. Engkau harus berani membebaskan diri-mu dari berhala-berhala disekeliling-mu dan semua tipu-daya syaitan. Sebab syaitan mempunyai berbagai warna dan berbagai “tipu daya”. Katakan saja, pada hari ini syaitan akan berusaha memperdaya engkau dengan “korban-mu” dan pada saat itu engkau masih terperdaya karena “kebanggaan” [riya’a] bahwa engkau telah mengorbankan “korban-mu”. Bebaskan diri engkau dari itu semuanya dan ikhlas-lah kepada Allah dalam setiap amal perbuatan-mu. Engkau akan menang dan engkau akan menjadi manusia terbaik di dunia dan akhirat.
Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Akhirul kalam, selaku khatib dalam penyampaian khutbah ini banyak kekurangan dan kesalahan mohon dimaafkan, Marilah kita bersabar sejenak, merunduhkan kepala dengan ikhlas untuk berdoa kepada Allah:
اللهم صل على سيدنامحدٍوعلى اله واصحا به اجمعين : اللهم اغفر للمؤمنين والمؤ منات، والمسلمين والمسلمات، انك سميع مجيب الدعوات
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersuci dan jadikanlah kami orang-orang yang saleh Ya Allah, jadikanlah anak cucu kami yang tetap mendirikan shalat. Ya Allah jadikanlah kami, hamba-Mu yang “bertauhid hanya kepada-Mu”. Ya Allah jadikanlah kami sebagai hamba-Mu yang berkorban untuk menegakkan risalahmu. Ya Allah, jadikanlah kami sebagai hambamu yang selalu beribadah, bertaqwa kepada-Mu. Ya Allah, jadikalan kami sebagai hamba-Mu yang selalu jujur, adil, dan bersabar dalam menjalankan tugas dan berperilaku. Ya Allah, jadikanlah kami sebagai hambamu yang selalu berbicara dan berbuat dalam ridhah-Mu.
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذابالنار، ربنا اتنا من لد نك رحمةً وهيئ لنامن امرنارشدا. ربنا اغفرلناولاِءِخوانناالذين سبقو نا بالاءيمان، ولاتجعل فى قلوبناغلا للذين امنو، ربناأنك رؤفٌ رحيم. والحمدلله رب العا لمين.
والسلا م عليكم ورحمة الله وبر كا ته

  Kalibagor,    Dzulhijah 1433 H /  Oktober 2012 M
   *) by: Dudi;diolah dari berbagai sumber
                                                                                                                                                             

Rabu, 24 Oktober 2012

IBADAH QURBAN


Qurban
1.    Pengertian Qurban
Menurut bahasa Qurban berasal dari kata “qurba” atau “Qaraba”, artinya dekat dan mendekati. Sedangkan menurut istilah hukum Islam, Qurban ialah menyembelih binatang ternak tertentu pada hari raya qurban atau pada hari tasyrik dengan niat ibadah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT yang artinya : “Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus”. (QS. Al Kautsar :1-3)
2.    Hukum Qurban
Pelaksanaan qurban hukumnya sunah muakkad, artinya sangat dianjurkan bagi orang yang mampu. Apabila mampu, tetapi tidak mau melaksanakannya hukumnya makruh. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “ Barang siapa mempunyai kemampuan untuk berqurban namun tidak mau berqurban, maka janganlah mendekati tempat salatku”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
3.    Ketentuan Hewan Qurban
Jenis binatang yang diperbolehkan untuk dijadikan kurban adalah unta, sapi, kerbau, kambing / domba yang memenuhi syarat untuk berkurban. Adapun syarat-syarat syahnya hewan kurban adalah sebagai berikut :
a.    Sehat. Hewan yang sakit seperti terkena kudis, kurap, atau penyakit lainnya tidak syah.
b.    Gemuk, tidak kurus kering. Hewan yang kurus hingga kelihatan tulang belulangnya tidak diperkenankan untuk berkurban.
c.     Tidak cacat. Hewan yang patah tanduknya, pincang, buta, buah zakarnya hanya satu tidak syah untuk berkurban.
d.    Telah cukup umur, yaitu :
1)    Unta yang sudah berumur 5 tahun.
2)    Sapi atau kebau yang sudah berumur 2 tahun.
3)    Kambing biasa sudah berumur 2 tahun, sedangkan domba/biri-biri yang sudah berumur 1 tahun atau telah berganti gigi.
e.    Sebaiknya jantan. Sebab jika betina dikhawatirkan sedang dalam keadaan hamil.
 Ketentuan yang lain adalah untuk jenis binatang unta, sapi, dan kerbau cukup untuk kurban 7 orang. Sedangkan untuk kambing dan domba hanya untuk kurban 1 orang. Hadis Rasulullah yang artinya :” Diriwayatkan dari pada Jabir bin Abdullah r.a katanya: kami pernah menyembelih binatang kurban bersama Rasulullah SAW pada tahun Hudaibiah dengan seekor unta kepada tujuh orang dan lembu juga kepada tujuh orang”. (HR. Bukhari Muslim).
4.    Waktu Penyembelihan Qurban
Waktu penyembelihan qurban adalah setelah salat idul adha dan tiga hari tasyrik.  Boleh dilakukan pada siang hari dan sore hari pada hari-hari tersebut (sebelum matahari terbenam pada tanggal 13 Dzulhijjah.
Sabda Rasulullah SAW yang artinya :” Siapa menyembelih sebelum salat, maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya. Dan siapa menyembelih setelah salat dan dua khotbah, sungguh ibadahnya telah sempurna dan ia mendapat sunah kaum muslim”. (HR. Bukhari Muslim).
5.    Pembagian daging Qurban
Daging qurban dibagi kepada fakir dan miskin dalam keadaan masih mentah, belum dimasak. Apabila orang yang berqurban menghendaki, dia boleh mengambil daging qurban itu  maksimal 1/3. Akan tetapi bila qurban itu telah dinazarkan sebelumnya, maka tidak boleh mengambilnya walau sedikit apapun, misalnya hanya mengambil tanduknya.