Rabu, 25 Mei 2011

SAVE OUR PLANET with AKHLAQUL KARIMAH

SAVE OUR PLANET WITH AKHLAQUL KARIMAH*)


Tulisan ini diawali dari memori ketika penulis membaca sebuah mas media di kota mendoan edisi selasa pahing 24 mei 2011 di kolom intermezzo. Disana ada judul berita tentang akan BUGIL-nya salah seorang artis terkenal di bumi nusantara. Ada yang menarik memang tetapi sekaligus membuat penulis bengong jika hal itu benar-benar terjadi ketika di lihat dari sudut etika agama (Islam) dan norma ideal bagi bangsa Indonesia yang kita cintai. Menariknya ternyata di balik judul itu adalah kegiatan sosial untuk mengkampanyekan keselamatan bumi ini agar tidak cepat kiamat (rusak-red) karena dirusak oleh tangan-tangan nakal yang tidak bertanggung jawab terhadap konservasi kenikmatan yang disuguhkan Allah untuk hamba-nya di planet ini.  Aksi sosial ini memang memberikan kontribusi yang positif bagi kelangsungan planet yang ada dijagad raya ini agar tetap lestari. Namun di sisi lain ada yang menjadikan penulis bengong, yang membuat penulis bengong adalah sebuah pertanyaan yang terlahir dari hati nurani penulis “adakah jalan lain aksi sosial penyelamatan planet selain dengan cara diNUDE (telanjang/bugil) kemudian di body painting, difoto dan foto itu dipublikasikan di bumi Nusantara ini?”.
Setidaknya ketika membaca berita itu, penulis masih bersukur karena ternyata foto-foto bugil yang di body painting itu masih belum dipublikasikan karena masih menunggu izin dari pemerintah, dan rencananya akan dipublikasikan bulan Desember nanti sebagai momen memperingati hari HIV/IADS sedunia.
Berawal kebengongan dari pertanyaan penulis di atas, melalui secarik tulisan sederhana ini penulis mencoba memberikan solusi bagaimana save our planet (menyelamatkan planet kita) dari sudat pandang Agama ‘Islam’ dan norma ideal sebagai nilai luhur bangsa Indonesia, tanpa harus merusak pelaku penyelamat planet itu sendiri, yakni menyelamatkan planet yang kita cintai ini tanpa harus mengikis secara pelan namun pasti dan destruktif terhadap software penghuni planet berupa hancurnya moral (demoralisasi) pada saat yang bersamaan.

WARNING BAGI MANUSIA
Semua kerusakan yang terjadi di alam semesta terutama planet kita (bumi) tidaklah terjadi dengan cara yang sporadic, akan tetapi melalui berbagai proses panjang yang tak terlepas dari usaha yang diperbuat oleh manusia sebagai makhluk yang paling bertanggung jawab dalam pemberdayaan alam di jagad raya ini. Terkait dengan kerusakan planet, kita sebenarnya kita telah diberi warning oleh Allah Swt melalui firman_Nya di QS. Ar Rum (30):41, yanng artinya sebagai berikut :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
            Manusia memang tidak dapat terlepas dari alam, berbekal dari peringatan Allah tersebut sudah semestinya manusia readi memuliakan dan menyelamatkan bumi ini dari kerusakan, dengan cara-cara yang mulia. Prilaku yang ada pada manusia semestinya adalah perilku yang mengedepankan akhlakul karimah terhadap alam. Ini berarti ketika kita akan menguasai alam ini, kita harus dapat menjadi kawan terhadap alam, kita hargai jasa-jasa alam yang telah memberikan kemaslahatan kepada kita. Kita wajib hukumnya untuk dapat memposisikan diri kita sebagai bagian dari alam secara proporsional bukan sebagai penguasa alam yang mutlak. Karena sejatinya penguasa mutlak alam ini adalah Allah Swt, dengan demikian konsekwensi logisnya kitapun harus tunduk dan patuh terhadap peraturan dari sang Maha Absolut Allah Swt. Bukan malah justru lari dari etika dan aturan yang telah Allah berikan kepada kita dalam mengkonservasi alam ini.
            Sudah menjadi kewajiban bagi kita bahwa manusia harus senantiasa mengingat dan mengamalkan terhadap peringatan Allah Swt, bahwa Dia telah menciptakan alam ini dengan seimbang. Namun ketika manusia tidak mau dan mampu menjaga keseimbangan dan berbuat sewenang-wenang, tidak mentaati hukum dan peraturan yang telah Allah Swt berikan, manusia egois dan mementingkan kepuasan diri sendiri, bukan tidak mungkin alam menumpahkan amarah dengan adanya berbagai bencana di planet yang kita huni ini. Firman allah Swt yang artinya :

Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Allah Swt yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
(QS. Al Mulk (67):3).

                Menjaga alam tidak cukup hanya dengan menggunakan akal dan nafsu belaka, ketika akal dan nafsu manusia telah lepas dari bimbingan Allah Swt dan Rasul-Nya, sudah pasti kekuatan dan kemampuan yang dimiliki oleh manusia tidak akan dapat mensejahterakan, akan tetapi justru akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan manusia di jadag raya ini.
            Kita dapat mengambil hikmah dari berbagai peristiwa bencana yang telah melanda ala mini, yang diakibatkan oleh hawa nafsu manusia yang tidak terkontrol dan imbang. Kondisi tanah kita yang pada awalnya memiliki kesuburan, kini tidak lagi subur sehingga tingkat produktivitasnya mengalami penurunan yang drastic. Ratusan ribu hektar bahkan jutaan hektar telah gundul dan hanya dinikmati oleh segelintir orang. Sungguh ini merupakan suatu bencana yang besar dan luar biasa bagi kehidupan bersama ketika kita tidak segera bertaubat dan mengubah perilaku kita sesuai dengan kesimbangan yang telah Allah Swt berikan kepada kita melalui firman-Nya.
            Demikian halnya cuaca yang pada awalnya dapat kita rasakan kesejukannya, udara terasa begitu segar namun sekarang telah berubah menjadi panas dan gersang. Sungai yang dulunya mengalir air yang jernih dan dihiasi dengan ribuan ikan di sana, ternyata sekarang sungai itu menjadi kotor dengan hiasan banyaknya sampah yang tidak lagi bersahabat. Air hujan yang ketika turun memberikan berkah dan kedamaian terhadap makhluk di bumi ini ternyata tak jarang sekarang malah justru menjadi bencana banjir dan ancaman longsor yang sangat mengancam kelangsungan hidup manusia sebagai bagian dari alam ini.

AKHLAK ADALAH KUNCI
Rusaknya Lingkungan hidup yang telah terjadi selama ini adalah akibat perilaku manusia yang sewenang-wenang terhadap alam. Manusia sebagai bagian dari makhluk Allah Swt diberi kewenangan untuk menjadi pemimpin di bumi (kalifah fil ard). Manusia diserahkan alam untuk dikelola dengan baik sebagai wujud dari bentuk ibadah syukur manusia kepada Allah swt Maha Pencipta. Sejak nabi Adam diturunkan ke bumi, Alam yang menghampar luas diberikan kepada manusia sampai turun-temurun sebagai amanah dan kewajiban untuk menjaganya agar tetap lestari. Kisah nabi Nuh yang umatnya diterpa banjir besar pun tetap diamanatkan untuk membawa hewan diangkut di atas kapal agar menjaga habitat fauna dari kepunahan. Sampai bumi tumbuh subur kembali dengan flora yang menambah indah hamparan bumi seperti sebelumnya.
Namun manusia memiliki tabiat sebagai makhluk yang terus melakukan kerusakan di bumi. Sifat manusia yang memandang alam sebagai objek kepuasan, menjadikannya tidak memandang alam sebagai bagian dari ekosystem. Alam yang telah memiliki banyak manfaat terhadap manusia masih dipandang dan diberlakukan dengan cara antroposentrisme. Paham antroposentrisme memandang alam sebagai pemenuh kebutuhan manusia sehingga alam dielsploitasi kekayaannya sebagai pemenuh kebutuhan dan korban ego manusia. Paham ini semakin salah karena manusia tidak memiliki tanggung jawab timbal balik (simbiosis mutualisme) terhadap kelestarian alam. Manusia yang menjadikan alam dengan cara pandang antroposentrisme tidak pernah menyadari bahwa lingkungan alam juga harus dijaga sebagai bentuk wujud kepadulian pewarisan kelestarian alam bagi genarasi manusia selanjutnya.
Kerusakan lingkungan yang dilakukan manusia adalah bentuk paling nyata bahwa manusia tidak pernah jera untuk berbuat sewenang-wenang terhadap alam. Tapi kita sebagai makhluk juga memiliki kewajiban untuk berbuat kebenaran dan mencegah kemungkaran yang dilakukan manusia. Cara hidup manusia yang eksploitatif, destruktif dan konsumtif harus dilawan dengan praksis gerakan lingkungan sebagai upaya penyelamatan alam dari kerusakan yang semakin parah. Watak manusia yang memiliki ambisi menguasai, menjadikan segala cara dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Akhirnya yang terjadi adalah rusaknya alam yang ditandai dengan hancurnya kondisi air, tanah, udara, flora dan fauna.
Akibat buruk dari kehancuran alam ini, ada dua pemahaman. Pertama, akibat buruk tidak hanya terjadi menimpa terhadap orang yang dzalim saja. Di dunia itu berlaku hokum alam, di mana setiap kebahagiaan maupun kesengsaraan memliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketika seseorang membuang sampah sembarangan di sungai, maka yang terjadi ketika hujan berakibat banjir yang dirasakan oleh semua orang, padahal membuang sampah tersebut dilakukan oleh segelintir orang. Kedua , akibat buruk hanya dirasakan oleh orang yang telah berbuat dzalim saja, yaitu di akhirat. Bagi mereka yang telah berbuat dzalim akan merasakan siksanya dari Allah Swt pada akhirnya nanti karena telah menyengsarakan hidup sesame makhluk Allah Swt di ala mini dan melawan Allah dengan perbuatan yang amoral dan merusak. Sebagaimana dalam firman Allah Swt dalam QS. As Syura (42):22, yang artinya :
Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan Karena kejahatan- kejahatan yang Telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. yang demikian itu adalah karunia yang besar.

Dengan firman ini, Allah Swt mempertegas bahwa setiap perbuatan pasti akan membawa akibat. Ketika perbuatan yang dilakukan merupakan sesuatu kebaikan maka akan membawa kebaikan pula bagi kehidupan. Demikian juga sebaliknya, ketika perbuatan kita membawa bencana maka konsekwensi logisnya kehidupan kitapun akan mengalami kesengsaraan.
Pada prinsipnya setiap manusia mempunyai cita-cita kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi karena ulah sekelompok manusia yang tidak bertanggung jawab, terkadang kita ikut merasakan akibat-akibat kesengsaraan yang sebenarnya tidak kita inginkan.
Menyadari akibat-akibat buruk yang ditimbulkan dan akan menimpa kepada kita baik di dunia maupun akhirat, kita wajib untuk memahami tanggung jawab kita terhadap alam yang kita huni ini. Kita berkewajiban untuk menjaga alam agar kelangsungan kehidupan manusia dapat terjamin. Untuk menjamin kelangsungan kehidupan kita agar tetap seimbang dan lestari kata kuncinya adalah pada AKHLAQ MULIA. Dengan memahami akhlaq mulia yang diajarkan oleh agama ‘Islam’ yang kita anut, niscaya kita dapat berbuat sebaik-baiknya terhadap alam dan lingkungan kita.
Wallahu a’lam bisshawaab.

*) diolah dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar