KHUTBAH HARI RAYA IDUL ADHA 1433 H
REKONSTRUKSI TAUHID, SOSIAL, DAN ETOS KERJA
DARI PERISTIWA NABI IBRAHIM AS*)
الله اكبر ×٩ الله اكبر والحمد لله كثيرا وسبحا ن الله بكرةواصيلا.
لااله الاالله وحده صدق وعده ونصرعبده واعزجنده وهزم الاحزاب وحده. لااله الاالله
والله اكبر. الله اكبرولله الحمد. الحمد لله الذي شرع لنامواسم مباركةً. اشهد ان
لااله الاالله وهده لاشريك له، واشهدان محمدا عبده ورسوله الذي لانبي بعده. اللهم
صل وسلم على سيدنا محمدوعلى اله وصحبه ومن والاه. اما بعد، فيا عبا دالله أوصيكم
واياي بتقوى اللهِ فقدفازالمتقون. فتزودوا فان خيرالزادالتقوى.
Allahu
Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Saudara-saudara
seiman, kaum muslimin muslimat jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah.
Mengawali
khutbah ini kami mengajak, marilah kita syukuri segala nikmat Allah yang
banyaknya tiada terhingga, baik nikmat iman, Islam maupun nikmat umur, sehingga
sampai detik ini kita semua masih dapat menikmati hidup dan sama-sama berkumpul
di tempat yang insya Allah penuh berkah ini untuk melaksanakan shalat Idul
Adha. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah
Muhammad SAW, yang telah mencurahan seluruh hidupnya untuk menunjukkan manusia
dari jalan sesat menuju jalan yang diridhai Allah Swt.
Para
hadir, jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Tema pada kesempatan khutbah hari raya Idul
Adha 1433 H ini adalah tentang “REKONSTRUKSI
TAUHID, SOSIAL, DAN ETOS KERJA DARI PERISTIWA NABI IBRAHIM AS”.
Kaum muslimin,
jamaah ‘Aidin dan ‘Aidat yang dirahmati Allah. Di pagi yang penuh rahmat ini
Jum’at, 10 Dzulhijah 1433 H/ 26 Oktober 2012 M, seluruh umat Islam di seantero
dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari
sebelumnya, 9 Dzulhijah 1433 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji
wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang
kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya
kecuali takwa kepada Allah. kita semua sangat bersyukur kepada Allah Swt, bahwa
atas perkenaan-Nya kita semua diberikan kesempatan untuk merayakan Hari Raya
Qurban tahun ini bersama-sama. Sepantasnya kita kumandangkan Takbir, tahlil,
dan Tahmid hingga empat hari ke depan nanti.
Allahu Akabar,
Allahu Akabar, wa lillaahl hamd,
Saudara-saudara
kaum muslimin rahimakumullah. Hari raya ‘Idul Adha ditandai dengan peristiwa
kemanusian dalam sejarah kehidupan manusia yang tidak mampu dilakukan oleh
siapapun, hanyalah oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, yaitu
“pengorbanan” yang bermuara pada iman dan taqwa kepada Ilahi Rabbi, Allah
semesta alam. Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Allah berfirman :
فلما بلغ معه السعي قال يا بني إني أرى في المنام أني أذبحك فانظر ماذا ترى قال يا أبت افعل ما تؤمر ستجدني إن شاء الله من الصابرين
Artinya:
“Setelah anak
itu mencapai umur, Ibrahim bertanya kepadanya, “Hai anakku, kulihat dalam mimpi
bahwa aku “menyembelihmu sebagai kurban, bagaimana pendapatmu”? Anaknya
menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah
ayah akan menemukan aku sabar menerima” [as-shaaffat:37:102].
Allahu Akabar, peristiwa
“pengorbanan” adalah persitiwa besar dan berani dalam sejarah perjalanan
kehidupan umat manusia. Peristiwa ini berlandaskan pada “kebenaran,
keberanian, keihlasan, kejujuran yang didasari pada
perilaku iman, taqwa, kesabaran dan ahlak yang
unggul dan prima.
Allahu Akabar,
Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Saudara-saudara
kaum muslimin yang dirahmati Allah. Umat muslimin diajarkan oleh Allah, agar
senantiasa mengingat peristiwa-peristiwa yang besar, peristiwa-peristiwa yang
bernilai tinggi yang berdimensi “iman” dan “taqwa”. Peristiwa Idul Adha adalah
peringatan atas karya-karya dan peristiwa besar yang dialami Nabi Ibrahim a.s
dengan segala pengorbanannya yang luar biasa beratnya. Peristiwa ini,
menginspirasi dan memberikan saham besar untuk terbentuknya perjuangan da’wah,
pendidikan moral, pola kaderisasi yang benar, dan gerakan amal-amal sosial. Nabi
ibrahim telah melakukan dan bemberi contoh
rekonstruksi tauhid, sosial dan etos kerja yang
kuat. Keteladanan Nabi Ibrahim a.s, terasa sangat penting dan bermakna bagi
umat manusia. Apabila memperhatikan di sekeliling kita, telah terjadi
persoalan-persoalan hidup yang sebenarnya hanya kecil-kecilan dan tidak terlalu
mendasar. Bahkan acapkali sangat bersifat kenak-kanakan yang didasarkan pada
pemikiran yang amat kerdil. Semua pesoalan tersebut ”tidak
dilandasi” pada “keimanan” dan “katqawaan”,
tetapi pada ”egoisme”, ”kerakusan” dan
”nafsu kebinatangan”. Contoh: seseorang membunuh isteri karena
alasan cemburu, membunuh orang tua dan anak karena alasan yang sangat
sederhana, memperkosa anak, memperkosa cucu sendiri dan membunuh karena hafsu kebinatangannya,
perampokan, pembunuhan dan Tawuran antar pelajar yang tidak pernah sepi.
Mengedarkan narkoba karena alasan untuk ”sepiring nasi”, tetapi akibatnya
mengorbankan generasi bangsa ini. Perilaku korupsi, pembobolan Bank dan sampai
pada dana haji yang hanya disebabkan oleh manajemen “amanah” yang disalahgunakan
dan berbagai persoalan yang kita amati dan terjadi. Persoalan-persoalan
tersebut hanya “berbau nafsu” dan “kepentingan”.
Semuanya telah “menenggelamkan” negeri ini dalam “lumpus
keterpurukan”, “kemiskinan”, “kebobrokan” dan “dekadensi moral”, “main hakim
sendiri”. Ini-lah gambaran “egoisme hidup keduniaan”, bersifat sementara
dan asesosris dunia semata. Hal-hal ini, membungkam
“empat pilar” kekuatan penting bagi tegaknya sebuah bangsa yang berdaulat,
yakni akidah, moral, kaderisasi, dan etos kerja.
Allahu Akabar,
Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Saudara-saudara
kaum muslimin yang dirahmati Allah. Nabi Ibrahim a.s adalah ”seorang
imam” dan sekaligus teladan terbaik bagi sekalian umat manusia,
sehingga dikatakan Nabi Ibrahim a.s adalah “bapak bagi manusia”. Nabi Ibrahim
menegakkan empat pilar kekuatan tauhid, dimulai dari diri sendiri,
keluarga dan kemudian meluas hingga kepada sekalian umatnya. Nabi
Ibrahim a.s telah meruntuhkan dan menghancurkan semua berhala-berhala sebagai
ujud “pembersihan aqidah-tauhid”: Firman Allah:
فجعلهم جذاذا إلا كبيرا لهم لعلهم إليه يرجعون
Artinya: “Maka
Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, keucuali yang
terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali [untuk
bertanya] kepadanya” [Q.S. al-Anbiaya’: 58].
Perilaku da’wah
yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s, bertentangan dengan ayahandanya dan pemerintah
Namrud. Ayahandanya sendiri, sebagai “seorang begawan musyrik” dan
pemerintahnya adalah “pemerintah kafir”. Ibrahim a.s menerima
ancaman maut dan pengusiran dari orang tuanya dan pemerintah yang telah
terpojok akalnya, menggunakan dialog yang tidak rasional dan menyelesaikannya
dengan ”cara-cara primitif” yaitu “cekal” dan “bunuh”.
Al-Qur’an mencatat peritiwa ini:
قالوا ابنوا له بنيانا فألقوه في الجحيم
Artinya: “Meraka
berkata: “Dirikanlah bangunan untuk [membakar] Ibrahim, lalu
lemparkan ia [Ibrahim a.s.] ke dalam api yang menyala-nyala itu” [Q.S.
Ash-Shaffat, 37:97]
Allahu Akabar,
Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Saudara-saudara
kaum muslim yang dirahmati Allah. Demikian tantangan esternal yang dihadapi
Nabi Ibrahim. Beliau hanyalah seorang individu, sementara yang dihadapinya
adalah kekuatan sosial, intimidasi pemerintah, dan sistem aqidah dan budaya
masyarakat yang hancur dan terpuruk. Mungkin hal ini, juga dialami ulama-ulama,
ustadz, tokoh-tokoh agama kita, dalam sejarah perjalanan da’wahnya. Tetapi
belum seberat yang dialami Nabi Ibrahim a.s,. Tekad da’wahnya justru semakin
besar dan membara, dengan suasana hati yang tetap dingin dan berjiwa besar untuk
menegakkan kalimat “ilahi rabbi”.
Allah
memberikan ujian-ujian yang tidak ringan sebagai seorang manusia yang lemah.
Allah menginstruksikan untuk mengasingkan keluarganya untuk hidup sendiri di
daerah yang jauh, gersang, lembah yang tandus, lembah yang tanpa penghuni dan
tanpa tanda-tanda mana yang dapat dijadikan tumpuan hidup. Namun demikian iman
dan kepasrahannya yang total kepada Allah, Ibrahim a.s hanya berkeinginan untuk
taat dan patuh dan membangun etos kerja, dengan seraya mengadakan dan berdoa:
ربنا إني أسكنت من ذريتي بواد غير ذي زرع عند بيتك المحرم ربنا ليقيموا الصلاة فاجعل أفئدة من الناس تهوي إليهم وارزقهم من الثمرات لعلهم يشكرون
“Ya Tuhan kami, sungguh telah aku tempatkan
sebahagian dari keturunanku di lembah yang tanpa tanaman di dekat rumah Engkau
yang dihormati. Ya Tuhan kami, [yang demikian itu] agar mereka mau mendirikan salat.
Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dari berikanlah
rezeki kepada mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” [Q.S.
Ibrahim,14:37]
Allah
mengujinya dengan perintah untuk menyembeli putera kesayangannya, seperti yang
dikisahkan pada surat ash-Shaffaat di atas. Dan itu semua ditunaikan dengan
segala totalitas dan ketulusan hatinya, serta diimbangi dengan kepasrahan dan
kesabaran puteranya Ismail. Disinilah terlihat kerjasama dan kekompkan berjalan
seiring sepenanggungan yang baik antara ayah dan anak dalam menegakkan perintah
Allah dan mengemban visi ilahiah yang “berat dan penuh dengan pengorbanan
tetapi muliah.
Dari
konstrusksi ini, dapat kita lihat seorang bapak berhasil dengan cemerlang dalam
mendidik anaknya untuk berpegang pada nilai-nilai [values] tauhid, ketaatan,
kesabaran, dan keteguhan hati dalam menerima cobaan. Eksistensi dan wibawahnya
sebaga seorang bapak dipertaruhkan dan bahkan dibuang jauh-jauh. Ibrahim a.s,
mempercayakan pada pendekatan tauhid kepada Allah secara utuh dalam
menjalani hidupnya dan juga dalam mendidik anaknya. Maka seperti yang diyakini
dan dicontohkannya sendiri yaitu jiwa dan totalitas hidup anaknya diarahkan
hanya kepada kepada satu titik senteral, yaitu mencintai Allah - agar dicintai
Allah.
Allahu Akabar,
Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Saudara-saudara
kaum muslim yang dirahmati Allah. Nabi Ibrahim a.s, sebagai bapak manusia,
telah menunjukkan teladan yang baik dalam kehidupan. Ibrahim bukan tipe manusia
ambisius jabatan, tapi kemudian Allah justru memberikan mandat kepemimpinan
atas sekalian umat manusia. Ibrahim a.s, bukan tipe manusia rakus harta, tapi
Allah justru melimpahkan kesejahteraan untuk keluarganya. Ibrahim a.s, bukan
tipe manusia KKN, tetapi Allah memberikan anugerah paling muliah kepada
keturunannya yang melahirkan para Rasul dan Nabi. Ibrahim a.s., bukan tipe
manusia politik, tetapi Allah menganugeharinya untuk memipim umatnya. Nabi
Ibrahim a.s., bukan tipe yang suka menggantungkan kepada orang lain, bahkan
tidak juga kepada pemerintah dan masyarakat yang menjadi budak-budak
berhalanya, tetapi justru berhasil menciptakan aset-aset moral dan material
yang buahnya tidak henti-hentinya mengalir. Nabi Ibrahim a.s., memliki etos
kerja yang tinggi, sehingga memiliki prestasi sempurna dari sekalian perestasi
yang pernah dicapai oleh umat manusia. Nabi Ibrahim a.s., mendapat predikat “khalilullah”,
“sahabat “ atau “kekasih” Allah yang dianugerahkan kepadanya.
Allah mengakui keikhlasannya, perilaku ihsannya, dan ketaatannya yang tanpa
reserve kepada apapun.
Allahu Akabar,
Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Saudara-saudara
kaum muslim yang dirahmati Allah. Dari sejarah atau cerita Nabi Ibrahim a.s
ini, apabila kita tarik pada kehidupan sekarang ini maka kita harus berani dan
bersedia melakukan :
Pertama, terus menerus
menegakkan, menjaga dan meluruskan keimanan kita kepada Allah Swt, sebagaimana firman_Nya:
يا أيها الذين آمنوا آمنوا بالله ورسوله والكتاب الذي نزل على رسوله والكتاب الذي أنزل من قبل ومن يكفر بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر فقد ضل ضلالا بعيدا
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya
dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya. (QS.
An-Nisa/4:136)
Kita harus bersedia dan berani meruntuhkan semua “berhala-berhala” yang ada
pada kita yang berujud “keinginan, Kepentingan, berujud harta benda,
berujud kedudukan dan kepangkatan, berujud politik, berujud kegagahan dan
kecantikan, dan sebagainya agar kita tidak “sombong” dan “angkuh” terhadap
semua yang ada pada kita”. Mari kita bangun dan tegakan iman, akhlak dan moral “yang anggun”
hanya kepada Allah tanpa reserve kepada apapun dan kepada siapapun, sehingga
kita akan menjadi kekasih Allah.
Kedua, kita harus
berani dan bersedia “mengorbankan” apa yang ada pada kita yang kita sayangi,
demi ketaatan dan keikhlasan kepada Allah.
لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون وما تنفقوا من شيء فإن الله به عليم
Artinya: Kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan
Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran/3:92).
Ketiga, membangun
dialog antara anak dan bapak secara demokratis, hal ini dapat dilakukan melalui
jalur pendidikan keluarga, di sekolah dan masyarakat, sehingga model-model
pendidikan tidak “kita kaku” yang melahirkan manusia yang koropsi dan brutal,
tetapi pendidikan yang mampu melahirkan manusia-manusia yang beriman, manusia
yang berakhlak dan bermoral yang anggun, manusia yang kreatif dan inovatif,
manusia yang menghargai hak-hak manusia, manusia taat hukum dan bersedia
dihukum apabila bersalah, dan manusia yang memiliki etos kerja yang tinggi untuk
mewujudkan hidup yang layak.
Keempat, membangun etos
kerja dengan memiliki kemampuan intelektual yang handal agar dapat
memberdayakan umat. Memberdayakan pendidikannya, berbudaya, bermoral dan
berakhlak yang anggun, berpolik dengan landasan iman dan akhlak yang anggun,
bekerja dan beprelikau yang jujur dalam kehidupan masyarakat. Mari kita
berjuang dengan meniru perilaku Nabi Ibrahim a.s, sebagai teladan bagi
perjuangan dan kejayaan kita di masa datang.
Kelima, disetiap saat
di dalam hidupmu hendaklah engkau siap sedia memperjuangkan kemerdekaan.
Tidaklah berarti engkau harus menjadi penguasa atau memperoleh kekuasaan.
Engkau harus berani membebaskan diri-mu dari berhala-berhala disekeliling-mu
dan semua tipu-daya syaitan. Sebab syaitan mempunyai berbagai warna dan
berbagai “tipu daya”. Katakan saja, pada hari ini syaitan akan berusaha
memperdaya engkau dengan “korban-mu” dan pada saat itu
engkau masih terperdaya karena “kebanggaan” [riya’a] bahwa engkau telah
mengorbankan “korban-mu”. Bebaskan diri engkau dari itu semuanya dan ikhlas-lah
kepada Allah dalam setiap amal perbuatan-mu. Engkau akan menang dan engkau akan
menjadi manusia terbaik di dunia dan akhirat.
Allahu Akabar,
Allahu Akabar, wa lillaahil hamd!
Akhirul kalam,
selaku khatib dalam penyampaian khutbah ini banyak kekurangan dan kesalahan
mohon dimaafkan, Marilah kita bersabar sejenak, merunduhkan kepala dengan ikhlas
untuk berdoa kepada Allah:
اللهم صل على سيدنامحدٍوعلى اله واصحا به اجمعين : اللهم اغفر
للمؤمنين والمؤ منات، والمسلمين والمسلمات، انك سميع مجيب الدعوات
Ya Allah,
jadikanlah kami orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersuci dan
jadikanlah kami orang-orang yang saleh Ya Allah, jadikanlah
anak cucu kami yang tetap mendirikan shalat. Ya Allah jadikanlah
kami, hamba-Mu yang “bertauhid hanya kepada-Mu”. Ya Allah jadikanlah kami
sebagai hamba-Mu yang berkorban untuk menegakkan risalahmu. Ya Allah,
jadikanlah kami sebagai hambamu yang selalu beribadah, bertaqwa kepada-Mu. Ya
Allah, jadikalan kami sebagai hamba-Mu yang selalu jujur, adil, dan bersabar
dalam menjalankan tugas dan berperilaku. Ya Allah, jadikanlah kami sebagai
hambamu yang selalu berbicara dan berbuat dalam ridhah-Mu.
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذابالنار، ربنا اتنا
من لد نك رحمةً وهيئ لنامن امرنارشدا. ربنا اغفرلناولاِءِخوانناالذين سبقو نا
بالاءيمان، ولاتجعل فى قلوبناغلا للذين امنو، ربناأنك رؤفٌ رحيم. والحمدلله رب
العا لمين.
والسلا م عليكم ورحمة الله وبر كا ته
Kalibagor, Dzulhijah 1433 H / Oktober 2012 M
*)
by: Dudi;diolah dari berbagai sumber