Jumat, 01 Juni 2012

TEORI PEMBELAJARAN HUMANIS


TEORI PEMBELAJARAN HUMANIS

A.      Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu aktifitas yang mengalami proses terus-menerus dan ia adalah unsur yang sangat fundamental untuk setiap jenis maupun jenjang pendidikan, dengan demikian tujuan pendidikan akan mengalami sebuah keberhasilan ataupun kegagalan bergantung terhadap bagaimana peserta didik dalam melaksanakan proses belajar, proses belajar yang dilakukan peserta didik baik ketika berada pada sekolah maupun ketika di rumah atau lingkungan keluarga peserta didik tersebut.[1]
Dalam proses pembelajaran peserta didik, pendidik dalam hal ini adalah guru merupakan direktur yang akan memberikan arahan terhadap peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai direktur belajar dalam sebuah proses kegiatan belajar mengajar sudah barang tentu tugas dan tanggung jawab termasuk didalamnya adalah sebagai perencana pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, sebagai motivator dan pembimbing, tugas-tugas tersebut akan lebih meningkat.[2]
Peran guru sebagai manager begitu sentral dalam upaya pensuksesan pembelajaran sebagai bagian dari pendidikan. Kesuksesan pembelajaran dapat ditujukan dalam rangka membentuk akhlak peserta didik, mempersiapkan mereka menggapai kebahagiaan dunia dan akherat, mendewasakan peserta didik dalam rangka mencapai kebutuhan financial, menumbuhkan spirit keilmiahan dan mempersiapkan peserta didik agar peofesiaonal dalam menghadapi permasalahan hidupnya.[3]
Mengingat begitu pentingya merealisasikan tujuan pendidikan, dimana peserta didik ketika sudah mengalami proses pembelajaran dapat terlepas dari belenggu rohaniah dan jasmaniah sekaligus menjadikan mereka memperoleh kehidupan bahagia yang haqiqi dan abadi, tentu seorang pendidik harus dapat memformat pembelajaran dengan sebaik mungkin dan dapat menerapkan berbagai macam teori pembelajaran yang tepat dalam rangka mengantisipasi kegagalan tujuan pendidikan yang mulia bagi peserta didiknya.[4]
Dalam suatu pembelajaran, agar tercapai tujuan yang diharapkan perlu didukung oleh adanya suatu teori belajar, secara umum teori belajar di kelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori Pembelajaran Behavioristik (2) Teori Pembelajaran Kognitif (3) Teori Pembelajaran Humanistik (4) Teori Pembelajaran Sibernik.[5]  Dimana dalam penulisan makalah ini penulis tidak akan membahas semua teori pembelajaran tersebut melainkan hanya akan membahas tentang Teori Belajar Pembelajaran Humanis.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka masalah yang diajukan oleh penulis dalam makalah ini adalah 1) Apa Pengertian Teori Pembelajaran Humanis? Pertanyaan ini diajukan untuk memperoleh pengertian tentang pengertian yang jelas mengenai pembelajaran humanis. Kemudian , 2) Siapa sajakah tokoh Teori Pembelajaran Humanis?, 3) Apa Saja Prinsip Dalam Teori Pembelajaran Humanis?, 4) Bagaimana Pembelajaran Humanis dalam Perspektif Islam? Dan 5) Bagaimana Aplikasi dan Implikasi Teori Pembelajaran Humanis di Sekolah/Madrasah?.

C.       Tujuan Pembahasan Masalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.        Memperoleh pengertian tentang Teori Pembelajaran Humanis
2.        Mengetahui tokoh-tokoh dalam Teori Pembelajaran Humanis
3.        Memahami prinsip dalam Teori Pembelajaran Humanis
4.        Memperoleh pengetahuan tentang  Pembelajaran Humanis dalam pandangan Islam
5.        Mengetahui cara mengaplikasikan dan Implikasi Teori Pembelajaran Humanis di Sekolah/Madrasah

D.      Pembahasan Masalah
1.      Pengertian Teori Belajar Humanistik.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.[6]
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.[7]
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.[8]
Menurut hemat kami, Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.


2.      Tokoh Teori Humanistik
a.       Carl R. Rogers
Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.[9]
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Bagaimana proses belajar dapat terjadi  menurut teori belajar humanisme?. Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil.
Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar, (3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.[10]
b.      Arthur W. Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Ketika peserta didik belum tuntas pada mata pelajaran tertentu itu bisa jadi bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.[11]
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.[12]

c.       Abraham Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan.[13]  Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya.  Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia.  Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.[14]
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal : suatu usaha yang positif untuk berkembang; kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri.  Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental.  Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya.  Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.[15]
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.[16]
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.[17]
3.      Prinsip-prinsip Teori Pembelajaran Humanis
Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:[18]
a.    Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar alami
b.    Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
c.    Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d.   Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil
e.    Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara.
f.     Belajar yang bermakna  diperoleh jika siswa melakukannya
g.    Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
h.    Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
i.      Kepercayaan diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
j.      Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan siswa, (3)  belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan  pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik  dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting.

4.      Aplikasi dan Implikasi Teori Pembelajaran Humanis
a.    Aplikasi Teori Pembelajaran
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. [19]
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1)   Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2)   Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3)   Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4)   Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5)   Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6)   Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7)   Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8)   Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
b.    Implikasi Teori Belajar Humanistik
1)   Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.  Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):[20]
a)      Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
b)      Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c)      Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d)     Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e)      Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f)       Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g)      Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h)      Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
i)        Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
j)        Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

2)   Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
a)        Merespon perasaan siswa
b)        Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
c)        Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
d)       Menghargai siswa
e)        Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
f)         Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
g)        Tersenyum pada siswa

5.      Pembelajaran Humanis dalam Perspektif Islam
Islam merupakan agama yang universal, agama yang dapat diterima oleh kalangan manapun dan pihak manapun di jagad raya ini. Di samping itu Islam merupakan agama yang konfrehensif (kaffah), artinya bahwa Islam mengatur para penganutnya tentang bagaimana cara hidup yang benar terhadap sesama baik terhadap sesama manusia maupun dengan sesame makhluq (hablum minallah dan hablum minal khalq).[21]
Hubungan yang baik antara manusia terhadap Allah Swt seringkali disebut dengan istilah ibadah muhdhah dan bersifat vertical. Sedangkan terkait hubungan manusia dengan sesama makhluk seringkali diistilahkan dengan ibadah ghairu muhdhah yang bersifat horizontal. Ini berarti hubungan yang dibangun bukan saja dilakukan dengan sesama muslim namun lebih luas lagi dengan non muslim dan bahkan secara lebih luas dengan tumbuh-tumbuhan, hewan, lingkungan dan alam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hal tersebut merupakan inti (ruh) dari ajaran Islam yang dapat membawa rahmat untuk seluruh alam (rahmatan lil alamin).[22]
Dalam proses pembelajaran Islami bertujuan agar setiap individu memiliki tanggung jawab yang besar untuk dapat mengembangkan dirinya serta mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia, makhluk Tuhan yang paling mulia diantara sesama makhluk, sekaligus mampu memerankan dirinya dengan baik sebagaimana telah diharapkan sesuai dengan perintah Tuhan sebagai penciptanya. Dengan demikian sebagai manusia yang telah dewasa takkan dibenarkan ketika mereka tidak dapat memelihara, mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi yang dimiliki dalam dirinya, sehingga tujuan sang Pencipta untuk menjadi manusia sebagai kholifah di muka bumi memberikan manfaat terhadap alam semesta baik untuk sesama manusia hewan maupun lingkungannya bukan malah justru sebaliknya menjadikan kekacauan bagi kedamaian, ketenangan dan keseimbangan kehidupan manusia maupun lingkungan alam.[23]
Manusia sebagai individu mapun sebagai masyarakat ketika telah memperoleh pembelajaran humanis Islami, ia akan dapat menempatkan posisinya dimanapun dalam rangka dapat memberikan manfaat terhadap lingkungan sekitar dan inilah manusia positif yang diharapkan sebagai khalifah di muka bumi. Ada beberapa ciri dimana pembelajaran dapat membentuk individu yang positif sesuai dengan harapan yaitu :
c.    Individu yang Jujur (as-sidq)
Kejujuran akan membawa seseorang untuk senantiasa memperbaiki segala aktifitasnya dalam meraih kesuksesan, meskipun mendapatkan kegagalan akan menjadikan kegagalan itu sebagai guru terbaik tanpa dilandasi dengan keputusasaan. Rasulullah SAW telah memberikan penekanan terhadap umatnya untuk senantiasa menjadikan jujur sebagai falsafah hidup yang terjaga dalam kondisi apapun (the way of life). Rasulullah SAW pernah memberikan informasi tentang kejujuran, “tinggalkanlah hidup dalam keraguan dan segeralah menuju ketenanngan. Ingat! Bahwa ketenangan itu ada pada kejujuran. Sebaliknya, kegelisahan adalah buah dari kebohongan”.[24]
d.   Individu yang dipercaya (al-amin)
Manusia telah diwajibkan untuk senantiasa menjaga keamanahan agar menjadi manusia yang kokoh dan teguh. Disamping amanah juga sebagai ciri orang yang taqwa, amanah juga menjadikan sebuah tatanan kehidupan yang aman dan teratur.[25]
e.    Individu yang penyayang (al-Rahim)
Sebagai khalifah di muka bumi akan dapat memaksimalkan peran dan fungsinya ketika tertanam dalam dirinya sifat penyayang. Dengan memiliki karakter yang penyayang sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, akan tercipta suasana kehidupan yang harmonos baik sesama manusia, hewan maupun lingkungan alam.
Menjadikan peserta didik yang siap menghadapi kehidupan yang nyata sebagai manusia yang sempurna membutuhkan kinerja yang maksimal. Disinilah pentingnya memberikan informasi terhadap mereka tentang arti pentingnya manusia sebagai khalifah dibumi yang harus mengerti tugasnya. Diantara tugas manusia sebagai individu adalah :[26]
a.    Berbuat baik terhadap Tuhannya
b.    Berbuat baik kepada sesama manusia
c.    Menyayangi hewan
d.   Ramah dan menjaga lingkungan
Disamping mempersiapkan peserta didik sebagai individu yang harus dapat mengembangkan dirinya sehingga dapat mendewasakan diri dalam kehidupannya baik terhadap Tuhannya dan dirinya. Pembelajaran humanis yang Islami juga menjadikan peserta didik mampu mempersiapkan mereka dalam menghadapi kehidupan di tengah keluarga, kehidupan di tengah masyarakat, kehidupan mereka sebagai warga negara, kehidupan mereka sebagai warga dunia dan kehidupan mereka di tengah lingkungan alam.[27]

E.       Kesimpulan
Demikian yang dapat kami uraikan dalam makalah Teori Pembelajaran Humanis, adapun kesimpulan awal yang dapat penulis sampaikan adalah, bahwa:
1.      Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya
  1. Tokoh dalam teori ini adalah C. Roger, Arthur Comb dan Maslow.
  2. Aplikasi dalam teori ini, Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku. Serta guru hanya sebagai fasilitator.
  3. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
a.    Merespon perasaan siswa
b.    Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
c.    Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
d.   Menghargai siswa
e.    Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
f.     Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
g.    Tersenyum pada siswa
  1. Pembelajaran humanis dalam Islam mempersiapkan peserta didik sebagai individu yang harus dapat mengembangkan dirinya sehingga dapat mendewasakan diri dalam kehidupannya baik terhadap Tuhannya dan dirinya. Pembelajaran humanis yang Islami juga menjadikan peserta didik mampu mempersiapkan mereka dalam menghadapi kehidupan di tengah keluarga, kehidupan di tengah masyarakat, kehidupan mereka sebagai warga Negara, kehidupan mereka sebagai warga dunia dan kehidupan mereka di tengah lingkungan alam.

DAFTAR PUSTAKA
 Ahmad Hatta, DR.,MA. Tafsir Qur’an Per Kata Dilengkapi Azbabun Nuzul dan Terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009.
Abraham H. Maslow. Farther Reaches of Human Nature. New York: Orbis Book. 1986.
Al-Nawawi.  Riyadl al-Ashalihin Juz I. Muwaqi al Shaid al Fawaid : tt.
Dakir, Prof.Drs. Dasar-dasar Psikologi, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993.
Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2006 .
M. Muchjiddin Dimjati & Moh. Roqib, Pendidikan Pembebasan, Yogyakarta: Yayasan Aksara Indonesia, 2000.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Al-Tarbiyah al -Islamiyah wa Falasifatuha, Kairo: Isa al-bab al Halabi, 1975.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Sarlito W. Sarwono. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. 2002.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Adi Mahasatya, 2003.
Tim Penyusun, Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2011.
Uno, Hamzah. Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan,  Jakarta: Bumi aksara, 2006.


[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, cet. ke-11 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 89.
[2] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, cet. ke-4 (Jakarta: PT Adi Mahasatya, 2003), hlm. 98.
[3] Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Al-Tarbiyah al -Islamiyah wa Falasifatuha, (Kairo: Isa al-bab al Halabi, 1975), hlm. 22-25.
[4] M. Muchjiddin Dimjati & Moh. Roqib, Pendidikan Pembebasan, cet. ke-1 (Yogyakarta: Yayasan Aksara Indonesia, 2000), hlm. 48.
[6] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan (Jakarta: Bumi aksara, 2006), hlm. 13.
[7] http://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/15/teori-belajar-humanistik/
[8] Ibid.,
[9] Abdul Hadis, Psikologi Dalam Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 71.
[10] Ibid., hlm. 72.
[11] http://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/15/teori-belajar-humanistik/
[12] Ibid.,
[13] Sarlito W. Sarwono. 2002. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. Hlm. 174-178.
[14] Abraham H. Maslow. 1986. Farther Reaches of Human Nature. New York: Orbis Book. Hlm. 260-280, 299.
[15] Ibid.,
[17] Ibid.,
[18] Ibid.,
[20] Prof.Drs.Dakir, Dasar-dasar Psikologi, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993), hlm. 64.

[21] Sebagaimana di informasikan dalam Al Qur’an Surat Al-Baqarah (2) : 30

[22] Tim Penyusun, Islam Rahmatan Lil’alamin, cet. ke-2 (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2011), hlm. 118.
[23]  Ibid., hlm. 119.
[24] Al-Nawawi, Riyadl al-Ashalihin Juz I (Muwaqi al Shaid al Fawaid : tt), hlm. 13.
[25] QS. At-Tin (95) : 3
[26] Tim Penyusun, Islam Rahmatan Lil’alamin, cet. ke-2 (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2011), hlm. 141-154.
[27] Ibid., hlm. 155-195.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar