Senin, 16 Juli 2012

Epistimologi Pemikiran Taoisme dalam Pengembangan Filsafat China

EPISTIMOLOGI PEMIKIRAN TAOISME
DALAM PENGEMBANGAN FILSAFAT CHINA[1]


ABSTRAK


Dudiyono, S.Ag, “Epistimologi Pemikiran Taoisme dalam Pengembangan Filsafat China”, Makalah, (Wonosobo: Program Pascasarjana Universitas Sains Al Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo, 2012).
Dari munculnya hingga sekarang ini ajaran Lao Tzu mampu dikembangkan dan diadaptasikan oleh berbagai segi kehidupan masyarakat, seperti agama, pengetahuan, kesehatan, ilmu bela diri, dan lain sebagainya. Gerakan aliran ini semakin beredar dan kuat ke seluruh daratan Cina selama berabad-abad. Wing Tsit Chan juga menambahkan bahwa perkembangan yang luar biasa ini mungkin dikarenakan banyaknya penindasan di daratan Cina pada masa negara-negara berperang. Taoisme memang menawarkan sebaliknya. Ia membawa masyarakat pada titik ketenangan dan kedamaian sehingga masyarakat mendapatkan kembali kebahagiaan yang telah lama hilang karena penindasan dan peperangan.
Makalah ini disusun untuk Mengetahui dinamika pemikitan Taoisme terkait dengan pengembangan filsafat China, Dapat mengkategorikan apakah pemikiran Taoisme sebagai filsafat ataukah sebagai agama di tengah kehidupan msayarakat China dan Mengetahui pengaruh pemikiran Taoisme terhadap pengembangan filsafat China.
Ajaran Taoisme sampai sekarang ini masih terus berlangsung dan berkembang. Sedangkan filsafat Taoisme murni dalam dunia Cina ternyata hanya bertahan selama 800 tahun. Semangat Taoisme dapat ditemukan dalam suatu cinta dari ketenangan spiritual dan kedamaian jiwa. Ada yang menemukan dalam suatu kebijaksanaan, dalam ketenangan, dalam kesejahteraan ketika melihat yang miskin, dan dalam segala hal yang berusaha untuk mempertahankan hidup dan menghidupi alam.
Para ahli filsafat di Cina sekarang ini seringkali membedakan antara Taoisme sebagai filsafat, dan Taoisme sebagai agama. Taoisme sebagai filsafat disebut juga sebagai Tao Chia, sementara Taoisme sebagai agama disebut juga sebagai Tao Chiao. Sebagai sebuah ajaran filsafat, Taoisme bersama dengan Konfusianisme dan Buddhisme mendominasi kehidupan masyarakat Cina pada abad ketiga setelah Masehi. Ketiga aliran ini disebut juga sebagai “Ketiga Ajaran” (three teachings). Di dalam masyarakat Cina kontemporer, Konfusianisme memang memiliki pengaruh yang masih besar, tetapi tidak pernah menjadi sebuah ajaran yang memiliki institusi resmi, seperti misalnya yang terdapat di dalam Taoisme.
Tao menentukan segala sesuatu, dan segala sesuatu bergantung pada Tao. Lao Tzu sangat yakin, bahwa Tao bersifat universal. Segala sesuatu berasal dari Tao, dan merupakan pengembangan dari Tao itu sendiri. Tao, dengan demikian, juga merupakan proses yang bersifat universal dan prinsip tertinggi. Ini adalah ontologi yang paling mendasar dari Taoisme. Taoisme berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat Cina di berbagai bidang, persoalan metafisik, etika, kehidupan social dan politik.


[1] Makalah disusun oleh Dudiyono Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Filsafat IlmuDosen Pengampu Drs. Zaenal Sukawi, M.A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar