EPISTIMOLOGI PEMIKIRAN TAOISME
DALAM PENGEMBANGAN FILSAFAT CHINA[1]
ABSTRAK
Dudiyono, S.Ag,
“Epistimologi Pemikiran Taoisme dalam Pengembangan Filsafat China”, Makalah, (Wonosobo: Program Pascasarjana
Universitas Sains Al Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo, 2012).
Dari munculnya
hingga sekarang ini ajaran Lao Tzu mampu dikembangkan dan diadaptasikan oleh
berbagai segi kehidupan masyarakat, seperti agama, pengetahuan, kesehatan, ilmu
bela diri, dan lain sebagainya. Gerakan aliran ini semakin beredar dan kuat ke
seluruh daratan Cina selama berabad-abad. Wing Tsit Chan juga menambahkan bahwa
perkembangan yang luar biasa ini mungkin dikarenakan banyaknya penindasan di
daratan Cina pada masa negara-negara berperang. Taoisme memang menawarkan
sebaliknya. Ia membawa masyarakat pada titik ketenangan dan kedamaian sehingga
masyarakat mendapatkan kembali kebahagiaan yang telah lama hilang karena
penindasan dan peperangan.
Makalah ini
disusun untuk Mengetahui dinamika pemikitan Taoisme terkait dengan pengembangan
filsafat China, Dapat mengkategorikan apakah pemikiran Taoisme sebagai filsafat
ataukah sebagai agama di tengah kehidupan msayarakat China dan Mengetahui
pengaruh pemikiran Taoisme terhadap pengembangan filsafat China.
Ajaran Taoisme
sampai sekarang ini masih terus berlangsung dan berkembang. Sedangkan filsafat
Taoisme murni dalam dunia Cina ternyata hanya bertahan selama 800 tahun. Semangat
Taoisme dapat ditemukan dalam suatu cinta dari ketenangan spiritual dan
kedamaian jiwa. Ada yang menemukan dalam suatu kebijaksanaan, dalam ketenangan,
dalam kesejahteraan ketika melihat yang miskin, dan dalam segala hal yang
berusaha untuk mempertahankan hidup dan menghidupi alam.
Para ahli filsafat di Cina sekarang ini seringkali membedakan
antara Taoisme sebagai filsafat, dan Taoisme sebagai agama. Taoisme sebagai
filsafat disebut juga sebagai Tao Chia, sementara Taoisme sebagai
agama disebut juga sebagai Tao Chiao. Sebagai sebuah ajaran
filsafat, Taoisme bersama dengan Konfusianisme dan Buddhisme mendominasi
kehidupan masyarakat Cina pada abad ketiga setelah Masehi. Ketiga aliran ini
disebut juga sebagai “Ketiga Ajaran” (three teachings). Di dalam
masyarakat Cina kontemporer, Konfusianisme memang memiliki pengaruh yang masih
besar, tetapi tidak pernah menjadi sebuah ajaran yang memiliki institusi resmi,
seperti misalnya yang terdapat di dalam Taoisme.
Tao menentukan segala sesuatu, dan segala sesuatu bergantung pada
Tao. Lao Tzu sangat yakin, bahwa Tao bersifat universal. Segala sesuatu berasal
dari Tao, dan merupakan pengembangan dari Tao itu sendiri. Tao, dengan
demikian, juga merupakan proses yang bersifat universal dan prinsip tertinggi.
Ini adalah ontologi yang paling mendasar dari Taoisme. Taoisme berpengaruh
terhadap pola pikir masyarakat Cina di berbagai bidang, persoalan metafisik,
etika, kehidupan social dan politik.
[1]
Makalah disusun oleh Dudiyono Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur pada
Mata Kuliah Filsafat IlmuDosen Pengampu Drs. Zaenal Sukawi, M.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar